Pulang kerja itu capek. Tapi disambut anak-anak di depan pintu? Rasanya seperti semua lelah sirna.
Cuma satu lambaian tangan, satu senyum lebar, dan teriakan, “Ayah pulang!” — itu cukup buat hati ini hangat.
Aku masih ingat jelas hari itu. Hari biasa. Macet seperti biasa. Deadline numpuk seperti biasa. Tapi waktu aku buka pintu rumah…
Kakak berdiri di depan pintu sambil dadah-dadah.
Dede nyengir, kakinya jingkat-jingkat kecil karena excited banget.
“Iyah pulang! Iyah pulang!” katanya sambil lompat-lompat.
Aku cuma bisa senyum.
Tas kerja masih di tangan. Tapi hati udah lumer duluan.
Kenapa Momen Ini Kecil, Tapi Penting Banget?
Karena momen kayak gini biasanya cuma lewat gitu aja.
Kita pikir, “Ah, biasa aja. Nanti juga mereka gede.”
Padahal... justru ini yang nanti mereka inget.
Anak gak inget kita kerja sampai malam.
Mereka inget kita pulang dan sempat lambaikan tangan.
Anak gak inget berapa gaji kita.
Mereka inget siapa yang bilang, “Kakak duluan peluk ayah ya!”
Disambut Anak: Obat dari Dunia Luar yang Sibuk dan Penuh Tekanan
Kerja capek, iya.
Tapi pas buka pintu rumah dan lihat anak-anak lari nyamperin?
Itu tuh kayak reset.
Kayak tombol “healing” yang cuma bisa ditekan di rumah.
“Yang bikin kuat kerja itu bukan kopi… tapi sambutan dari anak waktu pulang.”
Sering kali kita terlalu sibuk, sampai gak sadar kalau momen ini lama-lama hilang.
Tanpa Kita Sadari, Anak Lama-Lama Berhenti Menyambut
Coba inget kapan terakhir anakmu lari nyambut kamu pulang kerja?
Kalau udah lama banget…
Mungkin itu bukan karena mereka gak sayang.
Tapi karena mereka mulai paham:
“Ayah pulang, tapi sibuk. Gak bisa diajak main.”
Dan itu menyakitkan.
Karena anak-anak yang dulu suka lari nyambut,
suatu saat bisa berubah jadi remaja yang cuma ngangguk dari kamar.
Selagi masih ada momen itu — jaga. Nikmati. Hidupkan.
Mewarnai Momen Ini: Gak Cuma Diingat, Tapi Diabadikan
Aku bikin printable coloring book ini karena sadar,
momen kayak gini terlalu sayang kalau cuma diinget. Harus diabadikan.
Salah satu halamannya adalah tentang Ayah pulang kerja, disambut Kakak dan Dede.
Gambarnya sederhana: Ayah berdiri di depan pintu, tas kerja di tangan, senyum lelah tapi bahagia.
Kakak dan Dede melambaikan tangan, matanya berbinar.
Dan anak-anak… bisa mewarnainya sambil bilang:
“Ini Ayah. Ini aku. Ini pas kita pelukan waktu Ayah pulang.”
Tentang Buku Mewarnai “Waktu Tenang Bareng Anak – Edisi Demi Anak Istri”
Buku ini berisi potongan kenangan keluarga Indonesia yang sederhana:
- Ayah membaca buku untuk Dede
- Ibu menyisir rambut anak
- Makan bareng lesehan
- Dede tidur di pelukan
- Ayah pulang disambut anak-anak
Semua dalam bentuk line art hitam-putih yang bisa diwarnai bareng anak-anak di rumah.
Download Gratis Satu Halaman
Khusus buat kamu yang baca artikel ini sampai sini,
aku kasih satu halaman GRATIS untuk kamu coba:
👉 Download Gratis: Halaman "Ayah Pulang Disambut Anak"
Cuma 10 Menit, Tapi Anak Ingat Seumur Hidup
Gak butuh waktu sejam.
Gak harus pakai mainan mahal.
Kadang cuma butuh selembar kertas gambar dan kehadiran kita.
Waktu anak mewarnai bersama kita, dia sedang bilang:
“Terima kasih Ayah, udah di sini.”
Testimoni Ayah-Ayah Lain:
📌 “Saya baru sadar, ternyata anak saya bahagia banget waktu saya mewarnai bareng. Biasanya saya cuma lihat TV. Sekarang malah anak yang ngajak terus.”
— Bayu, 33 tahun, Bekasi
📌 “Cuma 10 menit bareng anak, tapi saya merasa lebih tenang. Saya simpan hasil warnanya, saya tempel di meja kerja.”
— Rino, 36 tahun, Tangerang
Yuk, Bikin Momen Ini Jadi Nyata!
Pulang kerja jangan cuma scroll HP.
Pulang kerja bisa jadi awal momen yang gak akan pernah terlupakan.
Cetak halaman mewarnainya, duduk bareng anak, ambil krayon, dan biarkan kenangan itu terbentuk.
🎁 Link download:
👉 https://lynk.id/demianakistri
Karena Demi Anak Istri, Kita Pasti Bisa Luangin Waktu
Akhirnya, semua ini bukan soal gambar…
Tapi soal niat dan hati.
Karena di tengah dunia yang sibuk,
kadang cara terbaik mencintai adalah: duduk, hadir, dan mewarnai bersama.
“Ayah… aku tunggu di pintu.”
Hari ini, ayo jawab panggilan kecil itu.