Hari Sabtu buat sebagian orang itu waktu rebahan. Tapi buatku yang kerja Senin sampai Jumat, Sabtu itu waktu jadi “ayah rumah tangga”. Dan pagi ini, tugas utamanya: betulin kompor gas.
“Yah, apinya kecil lagi. Kadang bau gas juga…”
Kalimat itu udah dilontarkan istri dua hari lalu. Tapi baru sempat aku tanggapi sekarang.
Aku ambil obeng, buka kepala kompor, cek selang gas, dan nyalakan senter. Sambil jongkok di lantai dapur, aku sempat mikir, “Bukan teknisi sih, tapi masa iya hal kayak gini aja harus nunggu orang lain?”
Tangan Kotor, Tapi Hati Hangat
Anakku yang besar bangun dan lihat aku jongkok sambil utak-atik kompor.
“Ngapain, Yah?” katanya.
“Betulin kompor, biar Mamih bisa masak enak.”
Dia manggut-manggut, lalu duduk nonton sambil makan roti.
Hal-hal kecil kayak gini, kadang yang mereka ingat seumur hidup. Bukan karena betulin kompornya, tapi karena ayah ada.
Kompor Menyala Lagi, Senyum Istri Juga
Setelah sekitar satu jam, kompor menyala biru lagi. Stabil. Nggak bau gas. Istri masak sambil senyum lega.
Dan aku? Nggak ada yang nyorakin. Nggak ada yang kasih bonus. Tapi hatiku puas. Karena sebagai ayah, aku bisa hadir bukan cuma cari nafkah, tapi juga jaga rumah tetap aman.
Karena Waktu Bareng Keluarga Itu Penting
Kadang kita sibuk kerja, sampai lupa:
Anak-anak nggak selalu butuh barang mahal. Mereka cuma butuh ayahnya hadir.
Cuma 10 menit pun cukup.
Yang penting hadir penuh. Tanpa HP, tanpa gangguan.
📥 Kalau kamu juga pengen mulai, aku udah siapin panduan kecil:
👉 “10 Menit Saja, Tapi Anak Bahagia” — klik di sini